

Di kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia, jumlah wanita perokok meningkat 100% dalam kurun waktu 10 tahun (2000-2010). Sedihnya lagi, sekitar 4,7 juta di antaranya adalah perokok remaja, di kisaran usia 13-15 tahun. Dengan kandungan maut 4.000 zat kimia berbahaya dan lebih dari 60 jenis zat karsinogen, sungguh ngeri memikirkan akibatnya!
TERJERAT IKLAN
Seorang wanita cantik berbalut gaun backless hitam seksi tengah menyandar di balkon. Jemari lentiknya yang dipoles cat kuku merah beledu tampak menggapit sebatang rokok putih nan langsing. Glamor, seksi, dan modern! Pasti banyak wanita yang ingin sekeren wanita di poster itu.
Salah satu korbannya adalah Olivia Kristina (29). Petualangannya dengan rokok berawal di bangku SMA, gara-gara iklan produk rokok untuk wanita yang dilihatnya di sebuah majalah asing. “Iklannya begitu elegan dan sangat pas dengan jiwa saya yang romantis, ujar wanita yang kini berprofesi sebagai penulis ini. Saking kepinginnya terlihat seperti si wanita dalam iklan, sampai-sampai gambar iklan itu terbawa dalam mimpi.
Begitulah cara salah satu produsen rokok impor menggaet konsumen wanitanya. Dengan memakai pendekatan kesetaraan gender dan gaya hidup, mereka ingin membangun citra wanita masa kini yang tengah mengejar karier dan sukses. Nyatanya, strategi para produsen rokok ini sukses merebut pasar.
Tak cuma pada orang dewasa, produsen rokok juga aktif menyusup pangsa pasar dari kalangan remaja. Salah satunya melalui iklan rokok. Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2006 mengungkap bahwa 92,7% dari siswa di Pulau Jawa mengaku
banyak tahu tentang produk rokok dari berbagai iklan billboard. “Para produsen rokok ini tahu bahwa mereka sudah tidak bisa mengharapkan peningkatan sales dari para perokok dewasa. Bahkan salah satu produsen rokok besar nyata-nyata berkata bahwa remaja adalah masa depan mereka yang bisa membuat industri rokok bertahan, ungkap Laksmiati Hanafiah (Mia), Ketua Harian Komnas Pengendalian Tembakau.
Hasil survei yang sama mengatakan, 38,8% pelajar berusia 13-15 tahun (62% siswa pria, dan 17% siswa wanita) di Pulau Jawa pernah merokok. Bahkan, 31% di antaranya mengisap rokok di bawah 10 tahun! Fakta yang paling mengejutkan, 96.7% (94,6% siswa pria, dan 97,4% siswa wanita) yang belum pernah merokok mengatakan tertarik mencobanya!
Masa krisis identitas di usia remaja menjadi lahan basah bagi para produsen rokok. “Di usia belasan ini, mereka harus menjawab dua ‘tantangan’, yaitu menemukan jati dirinya dan bisa diterima oleh kelompoknya, ungkap Prof. Sri Hartati R–Suradijono, Ph.D., psikolog perkembangan anak dari Universitas Indonesia. Kehausan remaja dalam mencari sosok idola atau panutan ini oleh industri rokok dimanfaatkan maksimal. Setiap ada bintang muda baru yang menjulang, langsung dipakai sebagai image produk. “Karena ingin terlihat se-cool sang idola, mereka akhirnya mengonsumsi produk itu, tambah Guru Besar Fakultas Psikologi UI ini.
Untuk membendung gelombang iklan rokok, Komnas Pengendalian Tembakau merilis program STAR (Show Tanpa Asap Rokok). Bekerja sama dengan koalisi dari 23 organisasi, termasuk PGRI dan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia.
“Program ini merupakan percontohan dan bukti bahwa sebuah pertunjukan bisa tetap berjalan meriah tanpa sponsorship dari perusahaan rokok, jelas Laksmiati. Ia juga sangat mengapresiasi keberhasilan Komnas Anak dalam menggagalkan show Alicia Keys dua tahun lalu yang disponsori oleh salah satu produsen rokok.
“Kami melakukan kontak langsung kepada pihak manajemen Alicia di Amerika, mengatakan bahwa show mereka didanai oleh perusahaan rokok, ujar Seto Mulyadi, mantan Ketua Komnas Anak. Mengetahui hal ini, pihak manajemen artis langsung menggagalkan konser.
Keberhasilan yang sama terulang pada kasus show Kelly Clarkson pada April lalu. “Melalui pembicaraan pribadi, akhirnya pihak promotor, yaitu Mas Adrie Subono dari JAVA Musikindo membatalkan sponsorship dari rokok dan mengambil alih seluruhnya, ujar Seto.
Pihak Komnas Pengendalian Tembakau juga sedang menjajaki pembicaraan dengan beberapa pihak promotor musik untuk tidak lagi memakai sponsor rokok untuk menggelar acara mereka. “Kami sudah bertemu dengan Peter Gonta, promotor Java Jazz. Sekarang mereka sudah banyak mengurangi iklan rokok di acara mereka. Bahkan, di Java Jazz kemarin ini ia memakai sponsor dari perusahaan telekomunikasi. Langkah berani mereka ini perlu mendapat apresiasi. Saya berharap bahwa ke depannya, gerakan show tanpa asap rokok ini bisa membawa snowball effect, ujar Mia.
WANITA DIRUGIKAN!
Menguatnya kemandirian finansial di kalangan wanita, oleh WHO ditengarai sebagai salah satu pendorong tingginya angka wanita perokok. “Jumlah wanita berpendapatan lebih tinggi dari pria meningkat 36% dalam kurun waktu 2000-2010, ujar dr. Djoko Maryono, spesialis penyakit dalam dan jantung, mengungkap temuan terbaru di Asia Pasifik.
Studi tersebut lebih lanjut mengungkap dampaknya pada perubahan gaya hidup para responden wanita di usia produktif 20-40 tahun. Banyak yang kemudian memakai rokok (dan alkohol) sebagai lambang liberalisasi dalam mengekspresikan kesuksesan mereka.
Di sisi lain, posisi karier yang tinggi menuntut wanita bekerja ekstra keras dalam jam kerja panjang. Hidup makin tegang, terlebih bagi mereka yang sudah berumah tangga. Kalau pria bekerja 8 jam sehari, maka pada wanita waktu ini bisa molor hingga lebih dari 12 jam. Sebab, begitu tiba di rumah, mereka masih harus mengurusi anak dan suami. Merokok, menjadi pelarian ‘instan’ yang melegakan sekaligus membawa maut!
Tentu Anda sudah tidak asing lagi dengan peringatan yang terdapat dalam boks bungkus rokok dan iklan rokok: Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, gangguan kehamilan dan janin. Anehnya, boks berisi pesan yang cukup provokatif ini fungsinya tidak lebih dari sekadar ‘aksesori’ pelengkap. Toh, pada kenyataannya, hampir tidak pernah terjadi juga orang mati mendadak setelah merokok.
Namun, efek lanjutan dari akumulasi 4.000 racun kimia dan lebih dari 60 jenis zat karsinogenik rokok ini makin jelas dari tahun ke tahun. Di Indonesia, racun rokok ini telah menelan 427.948 jiwa setiap tahun. Negara adidaya seperti Amerika pun sudah menuai akibatnya. Departemen Kesehatan AS mencatat bahwa setiap tahunnya 140.000 wanita di AS meninggal akibat penyakit yang terkait dengan rokok.
Sistem tubuh dan hormonal wanita yang kompleks lebih rentan terhadap berbagai penyakit. Tak hanya berisiko terhadap segala jenis penyakit yang terpampang pada bungkus rokok, tapi bentuk gangguan fisik pada wanita sifatnya lebih spesifik. Dokter Djoko mengatakan bahwa racun pada rokok akan memperpendek umur hormon estrogen.
Pada wanita perokok, menopause akan datang 10 tahun lebih cepat dari jadwal. Gara-gara merokok, belum memasuki usia 40 tahun, orang sudah mengalami gejala menopause. Padahal, sejatinya kedatangan menopause bisa ditunda hingga usia 55, papar internis sekaligus spesialis jantung yang sehari-harinya berpraktik di RS Pondok Indah dan RSI Pertamina ini.
Ketika menopause datang 10 tahun lebih awal, artinya jaringan tubuh mengalami penuaan 10 tahun lebih cepat. Kondisi ini diperparah oleh gaya hidup khas metropolitan yang minim olahraga, stres tinggi, dan pola makan yang tidak sehat. Dalam sebatang rokok terdapat biliunan radikal bebas yang apabila berikatan dengan kolesterol dalam darah akan membentuk plak atau kerak yang menyumbat pembuluh darah. Kondisi ini akan menimbulkan serangan stroke dan jantung koroner, tambahnya.
Umur estrogen yang pendek tentunya juga berpengaruh pada tingkat kesuburan wanita, yang ditandai dengan penjarangan menstruasi dan perdarahan yang tidak wajar. Pada wanita perokok, tingkat kesuburannya hanya tinggal 72% saja dari wanita yang bukan perokok. Apabila tidak ada faktor gangguan lainnya, maka butuh waktu lebih dari satu tahun bagi wanita perokok untuk bisa memperoleh anak. Ketakutan inilah yang kemudian mendorong Peppy Ahmad (30) menghentikan kebiasaan merokoknya.
Sejak Januari 2010 saya berjanji untuk berhenti merokok. Sebab, saya ingin punya anak dan bisa aktif menemani mereka bermain, ungkap wanita yang memasang target menikah di usia 32 tahun ini. Ia sadar bahwa dua impiannya itu akan sulit tercapai apabila fisiknya tidak prima. Apalagi, sekarang usianya sudah kepala tiga. Sebab, selain risiko turunnya tingkat kesuburan, kebiasaan merokok juga bisa menggerogoti kepadatan tulang.
Wanita yang mengonsumsi sebungkus rokok setiap harinya akan kehilangan kepadatan tulang 5%-10% lebih cepat daripada mereka yang tidak merokok. Dengan kondisi tulang seperti ini, mana mungkin Anda aktif menemani bermain atau menggendong si kecil?
Bahaya lain yang tak kalah menakutkan adalah ancaman kanker serviks! Kepala Departemen Cancer Etiology dari American Health Foundation Dr. Bogan Prokopczyk, Ph.D mengatakan bahwa risiko terkena kanker serviks ini 4 sampai 6 kali lebih tinggi pada wanita perokok. Studi Epidemiologi yang pernah mereka lakukan berhasil menemukan zat karsinogenik nitrosamine yang terkandung dalam tembakau pada jaringan mukosa serviks 16 perokok wanita.
Anda yang tidak merokok tapi terpapar oleh asapnya juga harus ikut menanggung beban risiko terserang kanker serviks 40% lebih tinggi daripada mereka yang tidak pernah terpapar asap rokok. WHO sendiri mencatat tidak kurang dari 3.000 orang di dunia meninggal karena kanker serviks. Indonesia adalah negara kedua tertinggi setelah Cina.
Makin dini seseorang merokok, maka makin cepat segala risiko kesehatan ini akan diderita. Sebaliknya, makin dini dihentikan, makin kecil risikonya.
SULIT, TAPI BISA!
Tak ada kaitan antara merokok dengan gaya hidup modern. Bahkan, masyarakat Amerika Serikat (AS) yang sering dijadikan kiblat gaya hidup modern pun sejak pertengahan 1960-an sudah meninggalkan kebiasaan merokok. WHO mencatat, dalam tiga dekade (tahun ’60-an sampai tahun ’90-an) angka perokok di Amerika turun separuhnya. Pada 1997, tren ini kembali melorot hingga 23% saja. Ironisnya, bersamaan dengan turunnya tren merokok di negara maju, jumlah konsumsi rokok di negara berkembang malah meningkat 3,4% setiap tahunnya.
Saya sadar bahaya rokok. Beberapa waktu lalu ada benjolan di dada saya, kemungkinan kanker. Dokter menjelaskan, hal itu disebabkan gaya hidup tak sehat, salah satunya merokok. Sejak itu saya tidak merokok, tapi cuma bisa bertahan seminggu, kata Olivia.
Kesulitan Olivia dipahami Mia. “Nikotin rokok itu bersifat adiktif. Dari 80% yang pernah mencoba berhenti merokok, hanya 10% saja yang sukses menghentikannya secara total, ujarnya.
“Sensasinya seperti sedang ’melayang’. Badan terasa enteng, ungkap Olivia, mendeskripsikan efek rokok yang membuatnya ketagihan. Ketika masih getol merokok, sebulan ia bisa membelanjakan uang hingga ratusan ribu rupiah untuk rokok. “Apalagi kalau sedang asyik ngobrol dengan teman-teman, saya bisa habis sebungkus hanya dalam beberapa jam! ujar penggemar rokok putih impor ini.
Komponen nikotin pada rokok berfungsi sebagai stimulan saraf pusat. Setiap batang rokok rata-rata mengandung 0,1-1,2 miligram (mg) nikotin. Dari jumlah tersebut, kadar nikotin yang masuk dalam peredaran darah tinggal 25%. Namun, jumlah itu mampu mencapai otak dalam 15 detik. Nikotin kemudian diterima oleh reseptor nicotinic acetylcholine (salah satu jenis protein untuk mengenali bermacam sinyal yang masuk ke otak). Reseptor ini kemudian akan melepaskan dopamin yang memberikan efek tenang.
Sifat adiktif nikotin pada tembakau ini telah tertuang dalam Pasal 113, Ayat 2, UU. No. 36/2009 tentang Kesehatan. Ayat itu mengategorikan tembakau dan segala produk turunannya (baik berupa padat, cairan, maupun gas) sebagai zat adiktif yang merugikan bagi pengguna dan lingkungan masyarakat. Proses uji materiil terhadap ayat yang menjadi kontroversi di kalangan produsen rokok dan petani tembakau ini masih berlangsung di Mahkamah Konstitusi.
Gawatnya, pada wanita, efek nagih ini lebih sulit disembuhkan dibanding pada pria. Hal ini bisa dijelaskan secara fisiologis. Pada otak, semua rekaman tentang rasa nikmat tersimpan dalam bagian yang disebut lobus amidalis. Salah satunya adalah kenikmatan merokok, yang membuat seseorang ingin mengulanginya. Sebenarnya, tubuh memiliki mekanisme alami untuk mengatasi ketagihan ini, yaitu melalui produksi GABA (Ganglion Blocking Agent). “Sayangnya, volume lobus amidalis wanita yang lebih kecil daripada pria membuat produk GABA lebih sedikit. Akibatnya, adiksi pada wanita lebih sulit diatasi, terang dr. Djoko.
Kata Sri, meski sulit, bukan berarti tak mungkin. Apalagi sifat alami wanita sebagai pengasuh membuatnya berkomitmen memberikan yang terbaik bagi keluarga. Bila masih sulit, bisa mencoba bantuan psikolog, melalui terapi cognitive behaviour. “Terapis akan menggali alasan di balik kebiasaan merokok. Kebanyakan orang melakukan sesuatu tanpa alasan. Jika yang dibenahi pola berpikirnya, maka efeknya lebih kekal, jelas Sri.
Seperti yang dilakukan Peppy, setiap kangen merokok, ia selalu mengingat kembali impiannya punya anak dan mengasuh mereka hingga dewasa.
Untuk mengalihkan perhatian dari rokok, ia berolahraga diving dan backpacking. Aktivitas yang menuntut tubuh prima ini membuatnya dikelilingi orang-orang sehat. Ia mengaku, gaya hidup sehatnya ini berhasil menginspirasi teman-teman wanitanya untuk berhenti merokok.
Meski jatuh bangun, Olivia tetap berniat berhenti merokok. Komitmennya didorong oleh rasa syukur bahwa benjolan di payudaranya bersifat jinak dan bisa dihilangkan. Ia meninggalkan rokok di kantor. Selama di rumah ia tidak merokok. “Setidaknya saya sudah mengurangi konsumsi rokok, tekadnya.
Sumber: http://www.femina-online.com/issue/issue_detail.asp?id=648&cid=2&views=31


Kalau Komentar FACEBOOK tidak muncul
Tekan F5 di keyboard kamu