http://agen888.com/simpan/agen150x600.gif
ads

“Revolusi Budaya” Jokowi, Tuai Kritikan

http://www.pokeracademy.co.uk/wp-content/uploads/2009/10/250x250.gif http://www.pokeracademy.co.uk/wp-content/uploads/2009/10/250x250.gif
Dok. Timlo.Net/Bram
Forum Dialog Aspirasi Budaya Warga Kota Solo yang digelar di Balai Soedjatmoko, (22/11)

Solo – Berbagai tanggapan budayawan dan seniman Solo terlontar dalam Forum Dialog Aspirasi Budaya Warga Kota Solo. Berangkat dari makalah Walikota Solo Ir. Joko Widodo, lontaran pedas, kritikan, dan saran membangun terlontar dari para peserta Forum yang memadati Balai Soedjatmoko, Senin malam, (22/11).

Dalam makalah yang ditulis oleh Jokowi ia mengungkapkan tentang kegelisahannya soal hilangnya karakter kota yang didasari berbagai aspek yang ada di dalamnya. “Kota Solo tidak boleh “terjebak” dalam kondisi itu. Kota tercinta ini harus memiliki positioningbranding (citra) Solo lebih dikenal sehingga mudah dipasarkan”. dan diferensiasi yang jelas. Dengan keunikannya yang khas dan berbeda dari kota-kota lainnya, akan membuat

Penggalan makalah tersebut menyiratkan keinginan Jokowi untuk membrandingkan atau dengan kata lain menjual kota ini dengan tedeng mengembalikan budaya yang ada atau ia menyebutkan dengan istilah “Revolusi Budaya” sebagai wujud pancingan untuk mendatangkan turis yang nantinya akan menjalankan roda perekonomian kota Solo lewat pariwisata serta jasa perdagangan.

Namun upaya “Revolusi Budaya” yang dikumandangkan oleh Jokowi rupanya memancing komentar yang keras. Terutama bagi para seniman dan budayawan di kota Solo. Suprapto Suryodarmo, seniman dan budayawan kawakan asal Solo yang akrab dipanggil Mbah Prapto ini mengungkap kegalauannya terkait dengan segala pembangunan yang ada di kota Solo. “Pertanyaan mendasar, sebenarnya segela bentuk pembangunan itu untuk siapa sih? Untuk para investor dan pemilik modal atau untuk rakyat. Kita harus menilik kembali bagaimana paradigma kita. Anggapan bahwa kota memiliki kampung itu salah. Namun sebaliknyalah yang terjadi kampung itu memiliki kota. Artinya segala bentuk upaya pembangunan harus menyentuh masyarakat,” paparnya kepada para peserta Forum Dialog Aspirasi Budaya Warga Kota Solo Balai Soedjatmoko, Senin malam, (22/11).

Selain Mbah Prapto, Budayawan Halim HD mengatakan bahwa dalam “Revolusi Budaya” yang ditawarkan oleh Jokowi hanya diwarnai oleh investasi, market, dan target. “Harusnya pemerintah Solo membereskan permasalahan sosial ekonomi yang ada di kampung. Kita lihat slogan di Solo bukanlah Solo The Spirit Of Java melainkan Reign Of Fire. Ini nantinya bisa jadi neraka,” ujarnya.

Selain itu, Halim HD juga mengkawatirkan bagaimana ruang-ruang publik yang ada di kota Solo sekarang ini sudah menjadi komoditas. “Kita lihat pada era dulu, kota ini memiliki banyak ruang. Namun sekarang ini sangat sedikit. Kota telah dikuasai oleh kekuatan kapitalis, parahnya warga-lah yang menjadi pasar bukan sebagai kapital sosial,” paparnya lagi.

Komentar pedas lain juga dilontarkan dari TJ Rianto. Ia menilai skeptis makalah yang dikeluarkan oleh Jokowi. “Semua yang ada hanya jargon-jargon omong kosong. Seperti buble teori yang menggelembung cepat namun kosong didalamnya. Jangan menggampangkan proses. Butuh waktu dan perhatian didalamnya,” paparnya.

Dalam forum tersebut lontaran kritikan tentunya menjadi sebuah masukan untuk lebih memahami situasi yang terjadi sehingga keputusan yang diambil tentu saja akan memberikan hal yang positif bagi keterlangsungan kota Solo mendatang.



Sumber: http://senibudaya.timlo.net/baca/5144/revolusi-budaya-jokowi-tuai-



ads ads


KOTAK KOMENTAR
Kalau Komentar FACEBOOK tidak muncul
Tekan F5 di keyboard kamu

Artikel Terkait

◄ Newer Post Older Post ►
 

Copyright 2011 menjelma is proudly powered by blogger.com | Design by Tutorial Blogspot Published by Template Blogger